Aku duduk
bersila di kursi ujung lorong, seolah sedang mendalami sesuatu menerawang di
balik pikiran yang tengah kalut sembari mengotak-atik gadget yang sejak sejam
lalu ku genggam. Entah apa yang aku cari, yang pasti aku membutuhkan jawaban
atas masalah yang sedang ku hadapi. Seolah telah mendapatkan jawaban atas
masalahku, aku mulai menampakkan senyum mempesonaku. Seketika aku bangkit dari
tempat duduk dan sontak melonjak sehingga tanpa sengaja mengenai seseorang yang
tengah lewat. “ma..maaf, saya nggak sengaja”. Aku lari tanpa melihat orang yang
ku tabrak dan tanpa rasa bersalah setelah insiden tersebut.
Tu..tut..,
tut..tut.., “nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif”. Bunyi suara operator
yang berulang-ulang seakan konsisten dengan ucapannya. Aku kembali menekan
nomor yang dari tadi coba ku hubungi. Dan kali ini di angkat, “huft...” aku
mendengus panjang. “Ra’, kita ketemu di tempat biasa”. Tanpa menunggu jawaban,
aku langsung menutup telepon. Aku langsung menuju tempat biasa aku dan Tara
janjian. Sepuluh menit kemudian aku sampai di tempat aku dan Tara janjian. Dari
jauh Tara melambaikan tangan memberi sinyal untukku agar menghampirinya.
“Gimana Ji? Udah ketemu?”. “Iya, nih. Tadi gue iseng browsing gitu pas di
kampus. Eh, gak nyangka gue nemuin cara buat ngusir...”. Aku melirik ke samping
yang tidak ada siapa-siapa. Dan tara hanya mengangguk seolah dia mengerti
dengan yang ku maksud. “Terus gimana caranya?” tanyanya. “hmm...aku nggak
yakin, tapi kalau menurut gegana.com (singkatan dari Genderuwo Galau Merana),
kita harus nyari’in jodoh buat Sulastri”. Tara mulai mengerutkan sebelah
alisnya. “Loe yakin?”. Suara Tara gak yakin dengan ucapanku. “Kan gue udah
bilang, gue juga nggak yakin. Tapi apa loe sendiri ada option lain buat masalah
gue ini?”. Dia menggaruk-garuk kepala seolah sedang berfikir sesuatu. “Hm...,
oke. Kita coba. Entah nanti cara loe ini bakal berhasil atau gagal, kan elo
sendiri yang bakal ketimpa sial”.ejeknya. “Ah, elo bukanya bantu gue, malah
nakut-nakutin terus”. Tara hanya tersenyum puas setelah mengerjaiku.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Sulastri, dia
adalah hantu cantik jelita menurut kaumnya sendiri. Sulastri adalah sesosok
makhluk askral cantik jelita dan rupawan di dunianya, dunia perhantuan. Di
kehidupan sebelumnya, Sulastri adalah seorang mahasiswa yang sedang kasmaran di
buai oleh cinta. Dia mencintai seorang pemuda dan bak gayung bersambut,
cintanya juga di sambut hangat oleh sang kekasih pujaan hatinya. Kekasihnya
sendiri adalah teman sekelasnya waktu masa kuliah. Tapi, bahtera cinta Sulastri
dan sang kekasih kandas di terpa ombak restu dari orang tua. Alasan yang paling
mungkin adalah karena perjodohan. Dan karena cintanya yang tidak di restui,
Sulastri memutuskan untuk bunuh diri dengan meneguk racun asmara, eh...racun
kecoa.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Aku dan Tara
adalah sahabat sejak kecil, bahkan kita adalah sahabat kandungan. Eits...,
maksudnya sahabat sejak kami berdua masih berada di kandungan ibu kita
masing-masing. Tapi, entah kenapa kita berdua justru di sebut sebagai jodoh
sejak lahir. Bayangkan saja, ibuku dan ibunya Tara hamil pada waktu bersamaan,
periksa kehamilan di bidan yang sama, ngidamnya sama dan lahirannya juga di
hari yang sama. Sampai-sampai orang-orang mengira kami di buat dengan waktu
yang sama. Tapi ibuku bercerita ibunya Tara mengalami masalah saat hendak
melahirkan baby Tara. Ya, tentu saja karena aku seorang laki-laki dan aku sudah
lahir lebih dulu, aku memberikan semangat pada temanku yang belum di lahirkan.
Bagaimana cara seorang baby yang baru lahir di dunia memberi semangat pada bayi
lain yang masih di dalam kandungan untuk bertahan hidup dan berusaha untuk
terlahir? Itu juga yang ingin aku ketahui. Yang pasti bukan dengan seikat bunga
ataupun puisi. Bayi mana ngerti yang begituan? Tapi, seolah hal itu
mengisaratkan hanya seorang bayi yang bisa mengrti dan memahami bayi yang
lainnya. Hanya Tuhanlah yang tahu, dan apakah kelak aku dan Tara akan
benar-benar berjodoh atau tidak, hanya Tuhan pulalah yang tahu. Yang ku tahu
aku masih bersahabat baik dengan Tara sampai sekarang.
.....
Aku dan tara
sudah janjian akan menemui mbah Surip yang memiliki situs web gegana.com. Aku
hendak meminta bantuan mbah Surip untuk mengusir hantu Sulastri yang selalu
mengikutiku kemanapun aku pergi. Dan sepulang kuliah aku akan menjemput Tara di
kampusnya. Meskipun dari mulai kita sekolah PAUD sampai SMA aku dan Tara sekolah
di sekolahan yang sama, tapi saat kuliah kami memutuskan untuk mencari jalan
kami masing-masing. Aku kuliah di jurusan hukum, Tara sendiri ambil jurusan
Telekomunikasi dan brodcast. Tapi, andaikan kedua jurusan tersebut ada di dalam
satu universitas, mungkin kita bakalan sama-sama lagi. Tapi meskipun kampus
kita beda, tapi jarak kampus Tara tidak terlalu jauh dari kampusku. Sepanjang
jalan aku dan Tara hanya diam sambil sesekali aku melihat kaca dasbor. Mencoba
melirik kursi belakang mobil yang kasap mata seperti tidak ada siapa-siapa.
Tapi bagiku, disana ada sesosok makhluk yang tengah duduk tenang sembari
membalas lirikanku. Sesampainya alamat yang tertulis di gegana.com, kami turun
dan berjala menyusuri halaman rumah yang di penuhi patung-patung khas paranormal.
Tok..tok..tok.
Tidak ada jawaban. Aku kembali mengetuk pintu yang di hiasi ornamen ukiran
hewan naga dan harimau. Tok..tok..tok, krekk...pintu seolah terbuka sendiri.
Aku dan tara sontak mundur beberapa langkah. Aku melihat ke dalam pintu, tidak
ada orang. Hanya terdapat keset bertuliskan kata welcome. Aku meringis. Tak
lama seorang pria tua keluar dari balik tirai bambu dengan baju serba hitam.
Anehnya pria tua itu memakai name teks bertuliskan kata “MBAH SURIP” di bagian
sisi kanan dadanya. Itu membuatku tahu bahwa itu mbah surip. Sebenarnya
meskipun hanya sekali melihat wajah si mbah surip lewat lewat situs webnya, aku
tidak mungkin lupa dengan wajahnya. Tentu saja aku nggak akan lupa, di situs
webnya terpampang jelas wajahya mbah Surip yang berselfie ria ala anak ABG yang
memamerkan senyuman mistisnya. Hal itu juga yang membuatku sempat ragu kalau
harus mempercayai si mbah Surip ini akan mampu menyelesaikan masalahku. Tapi
rasanya aku nggak ada pilihan lain. Tara memekik geli melihat Mbah surip yang
baru keluar dari dalam ruangan ,“Loe yakin, Ji?” Sialan, Tara malah terkekeh
melihat tingkah mbah Surip. Seolah dia sedang mentertawaiku dan nggak peduli
dengan masalah yang aku hadapi. “Ah, rese’ loe. Udah diem”. Protesku.
“Ehemmm...”,
mbah Surip memberikan isyarat pada kami untuk masuk. Kami di bawa ke sebuah
ruangan yang minim cahaya, tapi aku masih bisa melihat kendi-kendi yang
berjejer rapi di kiri kanan kami. Kendi-kendi tersebut di tutup dengan kain
hitam yang di atasnya terdapat kelopak bunga yang di tebar berantakan.
Penasaran, tapi aku tak berniat menanyakan apa isinya. Aroma bunga melati
semerbak memenuhi ruangan, anehnya lagi di salah satu tembok yang di bawahnya
menjadi singga sana tempat duduk mbah Surip terdapat AC yang terlihat menyala.
Hm...baru tahu ada ruangan dukun ber-AC_grutuku. Mbah Surip mempersilahkan kami
duduk. “Ada masalah apa kalian bertiga kemari?”. Tanya mbah surip. Ternyata
mbah Surip juga melihat hantu yang selalu mengikuti ku. Ya, mbah Surip juga
dapat melihat Sulastri. Tentu saja mbah Surip dapat melihat si Sulastri, dia
kan paranormal. Pikirku dalam hati. Lalu aku menceritakan semua yang sudah
kejadian yang ku alami. Sudah beberapa hari ini aku di ikuti Sulastri, hantu
cantik jelita versi tabloid genderuwo. Tapi, meskipun dia cantik, tetap saja
dia hantu. Dan secantk-cantiknya setan dia tetap setan. Dasar setan!!! Yang
bilang dia cantik ya sesama setan. Aku begitu terganggu dengan kehadiran si
Sulastri, dia terus saja mengikutiku dari aku bangun tidur sampai tidur lagi.
Membuatku risih dan gak nyaman, bahkan saat mandipun dia ikut nongkrong di bak
mandi. Bener-bener ekstrim hantu satu ini. Mbah Surip terkekeh tanda mengerti
sembari mengelus-elus jenggot panjangnya. Sialan, gue malah di ketawain.
Memangnya gue cowok apaan. Rasanya keperjakaan gue hilang di tangan hantu gila.
Kenapa gue mesti punya bakat yang gak normal bisa melihat setan segala? Rasanya
hal itu sekarang sudah jadi kutukan buatku.“Coba ente tenang dulu, ane perlu
tanya sama dia dulu kenapa dia ngikutin ente terus”. Aku cuma bisa menghela
nafas panjang sebanyak mungkin memenuhi paru-paru dengan udara. “Sabar...”.
Ucapku sambil mengelus dada.
Mbah Surip mulai
mengeluarkan jurus saktinya, dia mulai mengangkat sebelah tangan kanannya
seolah menerawang sedangkan tangan kirinya menggenggam benda sepertinya
kemenyan yang kemudian dia taburkan pada bara api di depannya. Aroma khas
menyan mulai tercium mengalahkan aroma bunga melati. Tarikan nafas mbah Surip
begitu keras terdengar olehku. Tara yang sedari tadi duduk tenang mulai
merasakan sesuatu memilih mendekat padaku dan menelusupkan tangannya di antara
lenganku. Entah karena AC yang atau karena hembusan nafas mbah Surip, angin di
dalam ruangan semakin kencang sehingga bunga-bunga di atas kendi mulai
berjatuhan ke lantai. Yang pasti, udara dalam ruangan semakin dingin. Saat mbah
Surip berkonsentrasi seorah menerawang yang entah apa aku tidak tahu, akupun
ikut berkonsentrasi menatap mbah Surip yang sedang berkonsentrasi. Tara semakin
kencang mendekap lenganku. Tampaknya dia mulai merasa ketakutan, atau
kedinginan? Preeettt...pletuk. Aroma kemenyan berganti dengan bau busuk yang
aku kenali. Anjriiiittt, mbah Surip sontak membuka mata. “Maaf, kelepasan. Ane
nggak tahan, ruangannya dingin banget soalnya. Ane jadi masuk angin deh hehe”.
Tanpa ekspresi bersalah Mbah Surip meminta maaf dengan senyum khasnya, mistis.
Sialan, tampangnya sok imut banget. Pengen muntah gue lihatnya. Aku hanya
menahan jengkel. Tara malah terkekeh melihat dua ekspresi yang berbeda.
Ekspresi sok imut mbah Surep dan ekspresi jengkelku. Mbah Surip kembali
berkonsentrasi. Aku memutuskan untuk mundur kebelakang agar tidak terkena bom
atom ala mbah Surip untuk kedua kalinya.
Dan setelah
beberapa saat....
“Hm... Ane
ngerti sekarang”. Aku menatap mbah Surip dengan serius. Mencoba memahami maksud
dari ucapan mbah Surip. Tapi, tetap saja aku tidak mengerti maksud mbah Surip.
Aku memberanikan diri untuk bertanya. “Jadi gimana mbah?”. Mbah surip mulai
menjelaskan panjang lebar...flash back.
Flash Back Sulastri,
Sulastri adalah
mahasiswa yang cantik jelita yang memiliki kekasih keturunan cina perantauan
yang juga sangat mencintainya. Kekasihnya bernama Lie. Sayangnya cintanya
terhadap kekasihnya terhalang restu oleh orang tua mereka karena alasan bahwa
masing-masing mereka telah di jodohkan oleh orang tua mereka. Sulastri sudah di
jodohkan oleh kedua orang tuanya dengan anak dari sahabat orang tuanya yang
saat ini sedang berada di Cina, kejadian yang sama juga terjadi pada Lie.
Sayangnya mereka tidak pernah di berikan kesempatan mengetahui siapakah orang
yang akan di jodohkan oleh orang tua mereka pada mereka. Seandainya mereka
sempat bertemu dan mengerti bahwa orang yang akan di jodohkan adalah mereka
sendiri, tentu sulastri tidak perlu meneguk secawan racun dan mengakhiri
hidupnya dengan sia-sia. Ya, sebenarnya kedua orang tua dari Sulastri dan Lie
sudah lama bersahabat dan ingin sekali menjadi sebuah keluarga dengan jalan
menjodohkan mereka. Persahabatan mereka di mulai saat masih muda, orang tua
Sulastri dan Lie adalah teman seperjuangan saat kuliah sampai jatuh bangun
bersama membangun bisnis hingga keduanya sukses sampai saat ini. Sayangnya,
surprize yang akan di berikan pada mereka pada waktunya justru berakhir dengan
tragis. Sulastri dan Lie tak pernah tahu bahwa jodoh yang akan di perkenalkan
orang tua mereka adalah mereka sendiri. Sialnya, sehari sebelum mereka saling
di perkenalkan, Sulastri keburu mengakhiri hidupnya. Damn!!!
Setelah
menyelesaikan kuliah, Lie di kirim ke Cina untuk belajar mengurus bisnis
warisan kakeknya yang ada di sana. Ayah Lie adalah putra dari seorang pengusaha
besar di Cina. Ayahnya Lie di kirim ke Indonesia oleh kakeknya agar dapat
belajar bisnis dari nol. Sehinnga ayah Lie kuliah dan membangun bisnisnya
sendiri di Indonesia. Setelah kakek Lie meninggal dunia, Lie di minta ayahnya
untuk mengurus bisnis kakeknya yang ada di Cina. Sayangnya, Lie pergi tanpa
menjelaskan apapun pada Sulastri. Akhirnya mereka putus kontak selama beberapa
bulan, tidak lagi saling mengetahui kabar masing-masing. Tapi Sulastri yakin
Lie akan datang untuknya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Jadi intinya
hantunya Sulastri naksir sama ente, soalnya muka ente mirip sama dedemenannye Sulastri
yang namanya Lie.” aku kaget, tidak pernah sekalipun terbayang di pikiranku
bakal di sukai sama sesosok makhluk tak kasat mata. Jantungku berdegup kencang,
keringat dingin tiba-tiba mengguyur seluruh badan. Kembali terbayang olehku
seumur hidup akan terus di dampingi sesosok hantu yang kasmaran. Aku mengusap
keringat dingin di dahiku sebelum kembali bertanya, “la..lalu apa yang harus
aku lakukan, mbah?”. “Carikan Sulastri jodoh”. Jawab mbah Surip sepele. Aku
kembali menarik nafas dalam-dalam. Pandanganku ku lemparkan ke sekeliling
ruangan, rasanya kepalaku tiba-tiba pusing. Bagaimana caranya mencarikan jodoh
untuk Sulastri yang seorang hantu. Melihat hantu saja aku ketakutan setengah
mati. Karena terbiasa saja akhirnya lama kelamaan aku tidak begitu takut lagi
pada Sulastri. Ku akui pas wal-awal Sulastri menampakkan wujudnya, aku hampir
pingsan. Dan hampir saja celanaku basah karena urinku sendiri. Damn!!! Kenapa
juga dia nongol di kamar mandi pas aku mau buang air kecil. Kampreeeettt, setan
galau. Mending kalau dia bunuh diri lagi terus mati, selesai urusan. La ini dia
kan wujudnya sudah jadi setan jadi sudah gak bisa lagi buat bunuh diri. Kalau
gak, aku saja yang bakalan nyekek dia supaya mati dua kali. Sayangnya lihat
mukanya saja aku terlalu takut. “jodohnya setan juga, mbah?”. Tanyaku. “Menurut
Loe?”. Gila, gaul juga nih embah-embah. Aku kembli mengelus jidadku, bukan
karena keringat dingin yang sekarang sudah kering kerena terkena AC. Kali ini
aku benar-benar pusing pala eby. “Kayaknya dia gak minat sama sesama setan”.
Ucap mbah surip tiba-tiba. “Liat tuh, dia cuma liatin kamu dari tadi. Padahal
di ruangan ini banyak setan laki yang lebih keren dari ente, tapi dia cuma
merhatiin ente”. Sontak Tara mencengkram lenganku sampai aku memekik kesakitan.
“Awww... Sakit, Ta”. Anjirrrr, bener-bener kerasukan tuh setan. “Awas, jangan
terlalu lengket ente berdua. Kalau Sulastri cemburu buta, ente berdua bisa di
matiin”. Hah, setan juga bisa cemburu?- Fikirku dalam hati. Tara hanya diam
ketakutan, membayangkan seisi ruangan dipenuhi makhluk-makhluk yang tak pernah
terbayangkan olehnya sebelumnya. “Terus, aku harus gimana mbah?”. Tanyaku tak
sabar. “Carikan jodoh buat Sulastri”. Kata mbah Surip yakin.
To be Continue....
Previously,
“Baik mbah, aku
mengerti. Aku akn ikuti kata-kata mbah”. Mbah Surip ikut mengangguk tanda
mengerti maksudku. “Kalau begitu, kami pamit dulu untuk mencari syarat yang
mbah, hm..maksud saya..yang sulastri minta”. Kataku sambil berdiri.
“Eitz...bentar, ada satu syarat lagi yang ente harus penuhi”. Mbah Surip menuju
ke salah satu kendi yang tertutup oleh kain hitam. “Ente mesti minum ini dulu”.
Mbah Surip menyodorkan potongan bambu yang di jadikan gelas. Potongan bambu itu
berisi air, dari baunya yang menyengat itu buka air biasa. Arak. Sekali lagi
aku tercengang dengan segala tingkah mbah Surip. Aku kira, kendi-kendi besar
yang berjejer tadi berisi mayat atau darah atau semacamnya. Ternyata isinya
anggur beras atau ciu. Aku kembali mendengus jengkel tidak habis pikir. Kenapa
kendi-kendi arak itu ada di sini? Kenapa pula melati-melati di tabur di atas
kendi? Dan AC itu? Membuatku semakin gila memikirka hal-hal yang tidak penting.
Kenapa juga aku harus memikirkannya? Kenapa juga hal-hal tidak penting itu bisa
nyangkut di pikiranku? Seolah mbah surip bisa membaca pikiranku,”Kendi-kendi
arak ini ane taruh di sini soalnya kalau ane taroh di luar isinya suka
tiba-tiba habis di curi orang”. Kata mbah Surip memberi jawaban atas segala
pikiran liarku. “Melati entu, fungsinya biar nanti araknya wangi. Kalo AC yang
ane pasang ntu,...hehehehe”. Mbah Surip terkekeh agak lama sebelum menjawab,
“Buat ngusir nyamuk, disini banyak nyamuk”. Cocok, untuk mengatasi setan yang
otaknya miring perlu pawang yang miring juga. Sempurna sudah derita ku.
Comments
Post a Comment